Unik dan menggelitik dari cerita pendek yang dibagi oleh seorang sahabat dalam perjalanannya menuju keberdayaan ekonomi. Sebagai latar penulis ingin menggambarkan bagaimana perkembangan kelompok organisasi dan individu di ciputat terutama, karena penulis secara intensive berinteraksi dengan komunitas dan kelompok organisasi disini. Mengutip dari narasumber tulisan ini, pada awal 2003 dimana sebuah perhelatan besar kemahasiswaan sejatinya telah memicu banyak hal dalam perkembangan mahasiswa setelah itu. Perhelatan yang disebut adalah pemilu mahasiswa pada akhir 2002, dimana pemilihan umum yang mengawali dan juga mengakhiri cerita kepemerintahan mahasiswa dikampus UIN Syarif Hidayatullah. Tidak ingin mendramatisasi, dan membesar-besarkan tapi dari sisi narasumber kejadian in merupakan tonggak sejarah penentu bagaimana kondisi pembelajaran demokrasi yang pada awalnya dianggap begitu ideal dan bisa dipercayakan ke mahasiswa, diambil kembali oleh Universitas dan mendorong berbagai ketidakseimbangan dan perlambatan upaya pembelajaran politik nan-beradab. Penulis mencoba menjadikan kejadian ini sebagai tonggak sejarah membaca bagaimana usaha mandiri kemahasiswaan yang dekat dengan popularitas sedikit demi sedikit muncul dan tenggelam bersama dengan ambisi organisasi idiologis yang memang menjadi kiblat mahasiswa seluruh Indonesia. Masih terlintas dikepala narasumber bagaimana sebuah toko buku yang bersandar pada kemampuan membeli mahasiswa pada masa itu, naik turun dan akhirnya tenggelam. Sebut toko buku gerak-gerik. Dimana tujuan dari toko buku ini mencoba berpartisipasi melalui peran aktifnya menyediakan buku seharga kocek mahasiswa, atau disebut toko buku bekas. Bersamaan dengan itu, usaha mandiri yang tidak begitu fenomenal dan sudah biasa adalah rental komputer. Dimana beberapa mahasiswa memulai usah berdikari mereka melalui cara ini, memang model bisnis ini tidak akan berkembang lama, dan akan sangat tergantung pada mod dan kemampuan melayani oleh si pemilik. Nah belakangan penulis melalui Pemberdaya Muda bertemu dengan usahawan yang masih eksis dan sisa dari perdaban 2002, memulai usaha berbasis sablon dan identitas, dengan merek usaha Republik Sablon. Konsep yang idealis menunjukan karakter dan watak generasi ciputat yang selalu mencoba menarik hal-hal yang sifatnya abstrak pada media materil disebut Kaos Sablon. Selamat berkembang dan berdaya, walaupun generasi para pendirinya bukanlah generasi yang mendapat pendidikan formal ekonomi, tapi pergulatan identitas dan eksistensi telah mendorong mereka berkontribusi pada model pemberdayaan ekonomi yang patut dilirik sebagai karya kehidupan yang layak mendapat Jempol. (rn)
Sumber foto: http://rbs64.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar