Pada
hari rabu kemarin (11 Juni 2014) penulis menghadiri forum seminar mengenai
“Pembangunan Nasional Bidang Kepemudaan Dan Membangun Pemuda Indonesia Lima
Tahun Kedepan” yang di selenggarakan oleh Kemenpora (Kementrian Pemuda Dan
Olahraga). Pada kesempatan ini , penulis mencoba menganalisis hasil dari
diskusi kali ini, yang masing masing dari narasumbernya adalah tim sukses dari
kedua pasangan capres cawapres Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jk. Pada kubu
Prabowo-Hatta di wakili oleh anggota fraksi DPR Bung Tantowi Yahya, dan dari
kubu Jokowi-Jk di wakili oleh Bung Feri Mursidan Baldan. Keduanya mengemukakan
mengenai rancangan dan program bagi pengembangan dan pembangunan generasi muda.
Bung Tantowi Yahya menjelaskan ada enam poin untuk pengembangan kapasitas
pemuda jika Prabowo maju sebagai presiden. Yakni,
- D alam hal pembangunan bahwasannya kepemerintahan Prabowo akan mempertahankan capaian program program dari masa kepemerintahan sebelumnya yang masih relevan dan memodifikasinya dengan konteks kekinian.
- Mengubah sistem paradigma strukturalis yang kebaratan. Yang Menjadikan masih adanya senioritas dalam hal hal berpolitik dan berpendapat sehingga peran pemuda sering kali termarjinalisasi.
- Pembangunan dalam prestasi olahraga
- Program pertukaran pemuda (student exchange) harapannya agar para generasi muda dapat berkompeten dan berwawasan global.
- Industri kreatif yang didomain oleh anak muda.dan nantinya akan dijadikan ekonomi kreatif yang menjadikan titik central untuk peran pemuda.
- Pendidikan. Sebagai muara dari produksi anak anak muda yang nantinya dapat berkompeten. Dan dalam hal ini diutamakan untuk pembangunan dan perbaikan fasilitas fasilitas sekolah yang di anggarkan 150 juta/tahun/sekolah dan diakumulasikan dalam anggaran yang mencapai 20 triliun/tahun hanya untuk perbaikan fasilitas sekolah.
Bung
Tantowi Yahya pun memaparkan kembali bahwasannya jika Prabowo-Hatta maju
sebagai pemimpin bangsa selanjutnya, maka ada dua point yang ditekankan dan
yang harus benar benar di reformasikan yakni. Poin yang pertama pada sistem
pendidikan. Nantinya sistem pendidikan tidak hanya mengarahkan kepada prestasi,
tapi dapat berorientasi kepada moral dan budi pekerti. Poin yang kedua yakni
pada sistem politik, jika terpilh maka salah satunya adalah merubah UU Pemilu untuk
pemilihan calon legislatif yang dikonsentrasikan pada pemilihan internal dalam
partai. Karena menurutnya orang orang yang didalam partailah yang tahu siapa
orang orang yang tepat dalam bidang di kepemerintahan. Sehingga kedepannya
orang orang yang duduk sebagai wakil rakyat adalah orang orang yang faham dan
mengerti pada sub sub kerja di kepemerintahan.
Sedangkan
dari kubu Jokowi-Jk yang di wakilkan oleh bung Feri Mursidan baldan mengenai
pembangunan untuk generasi muda yakni mencakup tiga poin besar :
1. Domain
Pendidikan
2. Domain
Prestasi
3. Domain
Lapangan Pekerjaan
Dalam
hal ini bung Feri Mursidan Baldan menjelaskan bahwa intisari dari pendidikan
adalah proses percepatan untuk kesadaran, dari yang tidak bisa menjadi bisa,
dan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Karena zaman sekarang kebanyakan
pandangan dari pemuda adalah bahwa pemuda yang aktif berorganisasi itu adalah
salah satu akses mudah untuk mendapatkan lapangan pekerjaan nantinya. Namun,
disisilain proses didalam institusi pendidikan sudah tidak dipentingkan lagi.
Semua ini bukanlah kesalahan dari pemudanya, namun, pola pemerintahan yang
memberikan konteks sedemikian itu, sehingga sekarang secara de facto dapat kita
lihat masa depan para generasi muda belum bisa berkompeten dengan Negara Negara
lain. Tidak hanya itu, bung Feri pun memaparkan bahwa pemerintah seringkali
memberikan sekat dan gap antara pemerintah dan rakyatnya. Sebagai contoh ketika
ada suatu daerah tertimpa bencana. Bagaimana seharusnya pemimpin daerah atau
pemerintah pusat menjadi sosok orang pertama yang seharusnya bertanggung jawab
atas apa yang terjadi dengan rakyatnya, namun kita lihat sebaliknya, pemerintah
seolah olah berperan seperti orang lain, datang mengunjungi dan hanya
memberikan bantuan. Tanpa bagaimana mencari solusi dan jalan keluar untuk
membuat rakyat rakyatnya dapat hidup tenang kembali. Bung Feri pun menjelaskan
secara de facto bahwasannya biaya
sebesar apapun anggaran yang di amanatkan kepada pemerintah untuk para
rakyatnya seolah olah itu adalah hasil dari kebaikan kebaikan yang dihasilkan
oleh partai yang diusungnya. Sehingga orientasi pemerintah bukan sekedar untuk
kepentingan dan kebaikan rakyatnya tapi untuk pencitraan terhadap partainya.
Bukankah ketika sudah masuk kedalam sebuah sistem pemerintahan. Pemimpin seharusnya
berorientasi kepada kemakmuran negerinya dan rakyatnya, bukan selalu memberikan
dukungan kepada partainya.
Namun
menurut penulis, semua yang telah dipaparkan dari masing masing tim sukses
memang program yang sangat bagus dan modern. Namun, jauh harus kita lihat
bahwasannya sebelum kita membangun karakter pembangunan pemuda, harus kita
identifikasi apa sebenarnya problem masalah yang dialami dengan para pemuda. Seperti
untuk sekarang ini, hal yang riskan yang dialami pemuda adalah moral dan norma
norma mulai terkikis, kultur budaya menurun, menjadikan para pemuda hidup
dengan style kebaratan. Narkoba, Free Sex, teroris. Kosongnya ideology
kebangsaan, kearifan lokal ditinggalkan, dan mental bersaing yang rendah.
Seperti pendidikan, tidak lagi fokus menjadi
tempat menimba ilmu, ketika dihadapkan dengan pendidikan yang belum banyak
terakses oleh semua kalangan, yang dibatasi dengan kuota, ataupun masalah tetek bengek lainnya yang menjadikan
banyak calon calon penerus masa depan kita terabaikan. Padahal sangat simple
para generasi muda butuh pendidikan sehingga nantinya mereka dapat berdikari
dan berprestasi untuk negaranya. Lapangan pekerjaan, sejalan dengan waktu,
lapangan pekerjaan di Indonesia secara defacto, tidak bisa memberikan ruang
kesempatan sepenuhnya bagi para lulusan lulusan sarjana yang belasan tahun
menimba ilmu. Tidak sedikit dari mereka yang frustasi karena tidak sejalan
dengan apa yang mereka harapkan. Dampaknya hal hal anarki, kriminalitas, dan
nekat pun di lakoninya, berapa banyak generasi muda terbaik kita yang menjadi
teroris dinegara sendiri, berapa banyak generasi muda terbaik kita menjadi
penipu penipu ulung dan menghalalkan segala cara hanya sekedar memenuhi
kebutuhan sehari hari nya saja, itu dikarenakan para generasi muda kita yang
sudah terdidik, namun negara belum bisa memberikan ruang, kesempatan dan
fasilitasi untuk pengembangan kapasitas diri dari para generasi muda tersebut. Untuk
itu, siapapun yang akan terpilih menjadi pemimpin bangsa ini, kita berharap
agar pemerintah baru kita dapat membuat satu kabinet yang didalamnya ada aspek
aspek yang fokus terhadap bidang pengembangan dan pemberdayaan pemuda agar
peran para pemuda Indonesia dapat menjadi satu gerakan kebangkitan kembali
bahkan lebih, seperti di zaman kebangkitan sumpah pemuda. Salam Pemberdaya!! (SR).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar