Jumat, 13 Juni 2014

Prabowo Vs Jokowi Membangun Pemuda Indonesia 5 Tahun Kedepan??

Pada hari rabu kemarin (11 Juni 2014) penulis menghadiri forum seminar mengenai “Pembangunan Nasional Bidang Kepemudaan Dan Membangun Pemuda Indonesia Lima Tahun Kedepan” yang di selenggarakan oleh Kemenpora (Kementrian Pemuda Dan Olahraga). Pada kesempatan ini , penulis mencoba menganalisis hasil dari diskusi kali ini, yang masing masing dari narasumbernya adalah tim sukses dari kedua pasangan capres cawapres Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jk. Pada kubu Prabowo-Hatta di wakili oleh anggota fraksi DPR Bung Tantowi Yahya, dan dari kubu Jokowi-Jk di wakili oleh Bung Feri Mursidan Baldan. Keduanya mengemukakan mengenai rancangan dan program bagi pengembangan dan pembangunan generasi muda. Bung Tantowi Yahya menjelaskan ada enam poin untuk pengembangan kapasitas pemuda jika Prabowo maju sebagai presiden. Yakni,
  1. D alam hal pembangunan bahwasannya kepemerintahan Prabowo akan mempertahankan capaian program program dari masa kepemerintahan sebelumnya yang masih relevan dan memodifikasinya dengan konteks kekinian.
  2. Mengubah sistem paradigma strukturalis yang kebaratan. Yang Menjadikan masih adanya senioritas dalam hal hal berpolitik dan berpendapat sehingga peran pemuda sering kali termarjinalisasi.
  3.  Pembangunan dalam prestasi olahraga
  4. Program pertukaran pemuda (student exchange) harapannya agar para generasi muda dapat berkompeten dan berwawasan global.
  5. Industri kreatif yang didomain oleh anak muda.dan nantinya akan dijadikan ekonomi kreatif yang menjadikan titik central untuk peran pemuda.
  6.  Pendidikan. Sebagai muara dari produksi anak anak muda yang nantinya dapat berkompeten. Dan dalam hal ini diutamakan untuk pembangunan dan perbaikan fasilitas fasilitas sekolah yang di anggarkan 150 juta/tahun/sekolah dan diakumulasikan dalam anggaran yang mencapai 20 triliun/tahun hanya untuk perbaikan fasilitas sekolah.
Bung Tantowi Yahya pun memaparkan kembali bahwasannya jika Prabowo-Hatta maju sebagai pemimpin bangsa selanjutnya, maka ada dua point yang ditekankan dan yang harus benar benar di reformasikan yakni. Poin yang pertama pada sistem pendidikan. Nantinya sistem pendidikan tidak hanya mengarahkan kepada prestasi, tapi dapat berorientasi kepada moral dan budi pekerti. Poin yang kedua yakni pada sistem politik, jika terpilh maka salah satunya adalah merubah UU Pemilu untuk pemilihan calon legislatif yang dikonsentrasikan pada pemilihan internal dalam partai. Karena menurutnya orang orang yang didalam partailah yang tahu siapa orang orang yang tepat dalam bidang di kepemerintahan. Sehingga kedepannya orang orang yang duduk sebagai wakil rakyat adalah orang orang yang faham dan mengerti pada sub sub kerja di kepemerintahan.
Sedangkan dari kubu Jokowi-Jk yang di wakilkan oleh bung Feri Mursidan baldan mengenai pembangunan untuk generasi muda yakni mencakup tiga poin besar :
1.      Domain Pendidikan
2.      Domain Prestasi
3.      Domain Lapangan Pekerjaan

Dalam hal ini bung Feri Mursidan Baldan menjelaskan bahwa intisari dari pendidikan adalah proses percepatan untuk kesadaran, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Karena zaman sekarang kebanyakan pandangan dari pemuda adalah bahwa pemuda yang aktif berorganisasi itu adalah salah satu akses mudah untuk mendapatkan lapangan pekerjaan nantinya. Namun, disisilain proses didalam institusi pendidikan sudah tidak dipentingkan lagi. Semua ini bukanlah kesalahan dari pemudanya, namun, pola pemerintahan yang memberikan konteks sedemikian itu, sehingga sekarang secara de facto dapat kita lihat masa depan para generasi muda belum bisa berkompeten dengan Negara Negara lain. Tidak hanya itu, bung Feri pun memaparkan bahwa pemerintah seringkali memberikan sekat dan gap antara pemerintah dan rakyatnya. Sebagai contoh ketika ada suatu daerah tertimpa bencana. Bagaimana seharusnya pemimpin daerah atau pemerintah pusat menjadi sosok orang pertama yang seharusnya bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan rakyatnya, namun kita lihat sebaliknya, pemerintah seolah olah berperan seperti orang lain, datang mengunjungi dan hanya memberikan bantuan. Tanpa bagaimana mencari solusi dan jalan keluar untuk membuat rakyat rakyatnya dapat hidup tenang kembali. Bung Feri pun menjelaskan secara de facto  bahwasannya biaya sebesar apapun anggaran yang di amanatkan kepada pemerintah untuk para rakyatnya seolah olah itu adalah hasil dari kebaikan kebaikan yang dihasilkan oleh partai yang diusungnya. Sehingga orientasi pemerintah bukan sekedar untuk kepentingan dan kebaikan rakyatnya tapi untuk pencitraan terhadap partainya. Bukankah ketika sudah masuk kedalam sebuah sistem pemerintahan. Pemimpin seharusnya berorientasi kepada kemakmuran negerinya dan rakyatnya, bukan selalu memberikan dukungan kepada partainya.
Namun menurut penulis, semua yang telah dipaparkan dari masing masing tim sukses memang program yang sangat bagus dan modern. Namun, jauh harus kita lihat bahwasannya sebelum kita membangun karakter pembangunan pemuda, harus kita identifikasi apa sebenarnya problem masalah yang dialami dengan para pemuda. Seperti untuk sekarang ini, hal yang riskan yang dialami pemuda adalah moral dan norma norma mulai terkikis, kultur budaya menurun, menjadikan para pemuda hidup dengan style kebaratan. Narkoba, Free Sex, teroris. Kosongnya ideology kebangsaan, kearifan lokal ditinggalkan, dan mental bersaing yang rendah.
Seperti pendidikan, tidak lagi fokus menjadi tempat menimba ilmu, ketika dihadapkan dengan pendidikan yang belum banyak terakses oleh semua kalangan, yang dibatasi dengan kuota, ataupun masalah tetek bengek lainnya yang menjadikan banyak calon calon penerus masa depan kita terabaikan. Padahal sangat simple para generasi muda butuh pendidikan sehingga nantinya mereka dapat berdikari dan berprestasi untuk negaranya. Lapangan pekerjaan, sejalan dengan waktu, lapangan pekerjaan di Indonesia secara defacto, tidak bisa memberikan ruang kesempatan sepenuhnya bagi para lulusan lulusan sarjana yang belasan tahun menimba ilmu. Tidak sedikit dari mereka yang frustasi karena tidak sejalan dengan apa yang mereka harapkan. Dampaknya hal hal anarki, kriminalitas, dan nekat pun di lakoninya, berapa banyak generasi muda terbaik kita yang menjadi teroris dinegara sendiri, berapa banyak generasi muda terbaik kita menjadi penipu penipu ulung dan menghalalkan segala cara hanya sekedar memenuhi kebutuhan sehari hari nya saja, itu dikarenakan para generasi muda kita yang sudah terdidik, namun negara belum bisa memberikan ruang, kesempatan dan fasilitasi untuk pengembangan kapasitas diri dari para generasi muda tersebut. Untuk itu, siapapun yang akan terpilih menjadi pemimpin bangsa ini, kita berharap agar pemerintah baru kita dapat membuat satu kabinet yang didalamnya ada aspek aspek yang fokus terhadap bidang pengembangan dan pemberdayaan pemuda agar peran para pemuda Indonesia dapat menjadi satu gerakan kebangkitan kembali bahkan lebih, seperti di zaman kebangkitan sumpah pemuda. Salam Pemberdaya!! (SR).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar