Dalam dunia usaha atau
bisnis seringkali kita memikirkan strategi apa yang paling menguntungkan untuk
jenis usaha kita. Dari yang sekedar hanya bermodal nekat, minim pengalaman
serta pola management yang asal sampai ada yang bermodal sekolah bisnis. Bahkan
tak jarang tipu muslihat dan kecurangan pun mewarnai dalam dunia usaha tanpa
memikirkan bagaimana dampak dari masyarakat luas.
Siapa yang tak mengenal produk busana pakaian dari
Swedia H&M yang berkiprah sejak 46 tahun yang lalu. Terinsipirasi dari
suatu perjalanan dinas salesmannya ke Amerika pada pasca perang di Swedia
Erling yang pada saat ini adalah bapak dari Stefan Persson seorang pendiri
ritel busana H&M, takjub melihat konsep pertokoan dengan beragam macam
produk dengan harga yang terjangkau di Amerika yang belum pernah dia temukan di
negaranya Swedia. Sepulangnya Erling membuka toko pakaian pertama yang dia
namai dengan Hennes, dengan konsep pakaian untuk wanita yang pada pasca perang
tersebut sangat diminati karena fashionnya yang dinamis dan harganya yang
terjangkau. Mendulang kesuksesannya Erling membuka toko fashion untuk anak anak
dan laki laki yang bernama Mauritz. Ini kenapa pada saat Stefan Persson anak
dari Erling sudah tumbuh dewasa, Stefan di mandatkan untuk menjadi CEO H&M
(Hennes&Mauritz) yang baru merintis kesuksesannya. Dengan kemampuan insting
bisnisnya Stefan mulai merintis dari awal dengan membuka pabrik pabrik di
Negara berkembang hal itu dilakukan agar dapat menekan harga produksi karena
pajak yang diterapkan di negara berkembang tidak semahal dan sesulit di Negara
maju. H&M selalu menjadi pengagas fahion model terbaru, ini kenapa
dilakukan karena menurut Stefan tren busana yang selalu berubah ubah menjadikan
produk itu mudah hancur termakan oleh zaman, maka dari itu, setiap jelang musim
perusahaan ini selalu menyediakan model terbaru, tidak hanya sekedar itu
H&M menerapkan sistem kekeluargaan sosial pada karyawan karyawannya. Ini
dibuktikan ketika Stefan membuka cabang baru disuatu Negara atau daerah dia
selalu mengisi pabriknya dengan tenaga local asli, yang dilatih oleh pekerja
local lainnya pada cabang lain. Stefan memprioritaskan kepribadian dijadikan
asset yang sangat penting dalam usahanya. Karena menurutnya dengan manajemen perusahaan
seperti itu pekerja menjadi diri mereka sendiri, sehingga mereka pasti akan
melakukan pekerjaannya dengan sebaik baiknya. Pada saat ini Stefan adalah orang
terkaya di negaranya Swedia dan menjadi orang terkaya kedelapan di Dunia.
Menurut Stefan tentang pandangannya mengenai bisnis yakni “perusahaan adalah
bagian dari masyarakat, jadi perusahaan harus punya perhatian terhadap
persoalan sosial dan mengambil tanggung jawab sosial”.[1]
Kesimpulannya sosok sosok insipirasi dunia ini mengantarkan pada suatu hal
kepada kita bahwa dalam menjalankan usaha ataupun bisnis apapun itu, tidak
hanya focus untuk memperoleh keuntungan semata, tapi bagaimana kita menerapkan
pola manajemen usaha kita dengan sebaik mungkin,kepada konsumen, karyawan,
maupun penduduk sekitar. Ketika kita berusaha melakukan yang terbaik, maka
hasil kesuksesan yang terbaikpun akan melekat di sepanjang perjalanan hidup
kita. (SR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar