Sumber foto: Sri Rahmayani |
Suasana begitu mendung pada hari itu, hujan terus
mengguyur kota Jakarta yang kian hari semakin menampakkan wajah sibuknya.
Tepatnya pada hari sabtu 20 September 2014, kami (Pemberdaya Muda) mulai
mempersiapkan diri untuk menjadi panitia nasional di WAHID Institute dalam
rangka memperingati hari perdamaian internasional yang akan di selenggarakan di
kawasan Monas dan Bundaran HI. Tidak hanya kami, namun, banyak dari beberapa
lembaga muda lainnya yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Hari semakin
malam, setiba di kantor Wahid Institute (Rumah peninggalan orang tua Gusdur), Disana
kami disambut dengan penuh hangat dan keceriaan oleh kawan kawan lain yang nantinya
akan menjadi partner kami dalam kepanitiaan nasional. Setelah makan malam, kami
dikumpulkan dan briefing pun dimulai dengan memperkenalkan masing masing dari
lembaga asalnya. Celotehan dan canda pun mulai terdengar ketika kami dibentuk
kelompok kelompok divisi untuk kegiatan di hari esok. Kamipun saling bertukar
cerita dan pengalaman, untunglah kawan kawan Pemberdaya Muda yang dominan dari
semester awal tidak canggung dengan hal itu bahkan mereka sangat nyaman dengan
suasana tersebut. Pada briefing malamnya yang dipimpin langsung oleh ibu Yenny Nurwahid
(Anak dari bapak Abdurrahman Wahid) beliau mengamanatkan kepada kami agar
ketika acara berjalan nanti, kami harus terus menjunjung tinggi pesan
perdamaian kepada masyarakat agar acara yang dimaksudkan dapat tersampaikan
kepada masyarakat.
Hari pun berganti, tepat jam 03.00 dini hari 21 September 2014, kami
mulai bersiap siap bergegas untuk mempersiapkan segalanya di kawasan Monas dan
Bundaran HI. Suasana lain, mewarnai pagi kami pada saat itu, kota Jakarta yang
begitu sibuk, sesak, panas, menjadi sejuk, damai dan lenggang, lampu lampu di
taman kota pun masih menghiasi kawasan elit kedutaan kedutaan besar itu. Dingin
memang, tapi semangat ini tidak menyurutkan niat kami untuk menjadi agen
perdamaian yang nanti akan dihadiri oleh 1500 orang dan 144 komunitas di
Indonesia.
Pagi kian menampakkan mentarinya, meja meja
konfirmasi sudah mulai penuh didatangi oleh masyarakat yang ingin ikut
berpartisipasi dalam acara pawai karnaval perdamaian, barisan parade marchingband
yang diikuti oleh sejumlah TNI dan pesantren juga ikut menyemarakkan hari
perdamaian internasional itu. Jam mulai menunjukkan pukul 07.00 pagi dan pawai pun
segera di buka oleh ibu Yenny Nurwahid dan Menteri Agama (Bapak Lukman Hakim)
dengan penuh semangat barisan parade pawai mulai berjalan menyusuri kawasan
tengah kota Jakarta yang berakhir di kawasan Bundaran HI. Beberapa petinggi
negeri dan sejumlah artis ikut andil dalam acara ini, pada pertengahan acara,
diumumkan bahwa acara karnaval kami masuk kedalam MURI (Musium Rekor Indonesia)
dan Guinnes Book of World Record dengan kategori pawai komunitas terbanyak 144
komunitas dalam rangka hari perdamaian internasional.
Bagi saya, hari perdamaian itu tidak hanya
diperingati hanya dalam satu hari, pesan perdamaian harus selalu di
kumandangkan dan diterapkan dalam kehidupan kita. Makna dari peringatan hari
perdamaian internasional adalah bagaimana kita dapat saling menghargai antar sesama
manusia. Tidak penting apapun agama atau sukumu, jika kamu bisa berbuat baik
untuk semua manusia, orang tidak akan pernah tanya apa agamamu. (SR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar