![]() |
sumber foto: Sri Rahmayani |
Hiruk pikuk aktivitas mahasiswa terus berjalan, namun, hal itu tak
menyurutkan niat kami untuk selalu hadir memberikan hal positif kepada sesama. Tepatnya,
pada hari Selasa 23 September 2014, Pemberdaya Muda bekerjasama dengan Himpunan
Mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Ilmu Dakwah Dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menyelenggarakan kegiatan
pelatihan menulis “Bicara Buku: Tulisan Sebagai Alat Pemberdayaan” dengan
menghadirkan Milastri Muzakkar (Penulis buku: Udah Kenal Dengan Pendiri
Indonesia) dan Ibu Yenti Nurhidayat (Ketua Komunitas Penulis Perempuan
Indonesia). Acara yang di dukung pula oleh Megawati Institute ini, bertujuan
dalam rangka memberikan semangat positif kepada teman teman mahasiswa bahwa
pemberdayaan tidak hanya selalu di kategorikan dengan membuat atau merancang suatu
program kepada masyarakat. Tapi, dengan menulis kita juga dapat memberdayakan
diri kita untuk berkembang dan memberikan pengaruh positif kepada khalayak yang
itu dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Namun, kebanyakan dari kita seringkali mencurahkan ide, fikiran, gagasan
dalam sebuah tulisan adalah sesuatu hal yang sulit dilakukan dan banyak hambatannya
yang terkadang itu adalah buah dari pola fikir atau mainseat dari diri kita
sendiri. Contohnya saja seperti, menunda-nunda, susah cari mood, bingung mau
mulai darimana, malu (tidak percaya diri), atau tidak kreatif. Dalam hal ini ka
Milastri memberikan beberapa tips bagaimana kita sebagai generasi muda dapat
mudah menulis dan tentunya tidak menghilangkan sisi kreatifitas dari anak muda
itu sendiri.
1. Menulis itu harus kreatif, buatlah judul yang
menarik dengan gaya bahasa yang sedang trend di masyarakat, simple, dan membuat
orang penasaran.
2. Penentuan angel (mengangkat sisi yang
berbeda/tidak biasa/ kearifan local suatu daerah.
3. Kontekstual (isu hangat, kontroversial)
4. Ceritakan pengalaman pribadi atau orang lain
yang inspiratif, dan berdampak positif/negative.
5. Lebih baik menulis sesuai keahlian (fashion,
pendidikan, gaya hidup,dll)
6. Penggunaan bahasa yang populer, mudah difahami
dan tidak terlalu filosofis.
7. Dapat menggunakan ilustrasi gambar dan warna.
8. Publikasikanlah lewat media sosial (twitter
facebook, blog).
Dalam menulis, seringkali tulisan yang kita buat masih banyak kekurangan
entah itu dari judul atau hal-hal yang dibahas kurang provokatif, disinilah
menurut ibu Yenti selaku ketua komunitas penulis perempuan Indonesia, penulis
adalah editor pertama. Dimana ketika kita sudah selesai menulis, diusahakan
tidak langsung dipublish. Berikanlah sejenak waktu untuk beristirahat lalu
kemudian lihat lagi, karena ketika kita memberikan jeda waktu, cenderung akan
terlihat kesalahan-kesalahan yang muncul dalam tulisan kita. Disinilah peran
kita sebagai editor pertama yang harus jeli melihat beberapa kesalahan itu dan
kemudian diperbarui dengan tulisan dan gaya bahasa yang tepat.
Bagi saya, menulis berarti berlatih, diantaranya dengan membaca. Ketika
kita ingin menjadi penulis yang handal dan kreatif, maka hal yang perlu kita
lakukan tidak hanya berfikir imajinasi dalam tulisan tetapi kita juga harus
memperkaya tulisan dengan membaca. Dengan membaca wawasan menjadi luas, membaca
tidak perlu diawali dengan bacaan bacaan yang rumit atau terlalu filosofis.
Bacaan yang simple dengan gaya bahasa populer dizaman sekarang, cukup membantu
kita untuk berlatih menyukai bacaan. Tidak hanya itu, terkadang kita juga perlu
peka terhadap lingkungan sekitar, bahkan orang orang terdekat dapat memberikan
semangat inspiratif yang nantinya dapat mengilhami tulisan kita. So, jangan
pernah takut untuk mencoba, tidak ada kata salah dalam menulis, gemari membaca,
terus berlatih, tuliskan dengan rasamu dan ciptakan imanjinasi dalam tulisanmu.
(SR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar