Senin, 16 Maret 2015

Masih Ada Asa

Sumber Foto : Muhammad Iqbal
Pada saat ini, belum terlalu banyak kasus kekerasan sesksual di Indonesia yang bisa diselesaikan dengan adil dan membawa keberpihakan pada korban dimanapun. Seperti kita ketahui, fenomena kekerasan seksual di Indonesia masih seperti gunung es, hanya ujungnya saja yang terbuka, begitu banyak korban terbungkam atau dibungkam.[1] Ati dan Ros, dua perempuan penyintas kekerasan seksual diantara ribuan perempuan penyintas lainnya yang berasal dari Maumere, Flores. Walau gelombang masa lalu pernah merenggut semua cita-citanya, namun mereka terus berusaha melanjutkan hidup ditengah kesederhanaan, harapan dan tetap MENOLAK LUPA atas semua yang pernah meraka alami.[2]
Pada dasarnya, manusia dengan secara seksual biologis dapat dibedakan menjadi perempuan dan laki-laki. Perbedaan manusia menjadi laki-laki dan perempuan itu merupakan hal yang kodrati, sehingga hal ini juga akan melahirkan peranan yang sifatnya kodrati, seperti: hanya perempuan saja yang bisa menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Sementara itu, hanya laki-laki saja yang memiliki sperma dan dapat membuahi/menghamili. Kondisi yang bersifat kodrati itu tidak dapat dipertukarkan dan bersifat permanen.
Kenyataannya, dalam persepsi masyarakat selama masa yang sangat panjang, jika seseorang mempunyai atribut biologis sebagai laki-laki atau perempuan, akan berdampak pada perbedaan perannya dalam kehidupan sosial budaya. Anatomi biologis laki-laki yang berbeda dengan perempuan menjadi faktor utama dalam penentuan peran sosial kedua jenis kelamin tersebut. Laki-laki memegang peran utama dalam masyarakat karena dianggap lebih kuat, potensial dan produktif, sementara perempuan yang mempunyai organ reproduksi, dianggap lebih lemah, kurang potensial dan tidak produktif.[3]
Menurut saya, budaya patriarki, kedudukan laki-laki dalam ruang lingkup sosial serta tekanan masyarakat menjadikan kaum perempuan sebagai kelompok yang sangat dirugikan. Tidak hanya itu, kasus penindasan terhadap perempuan juga muncul karena adanya dominasi laki-laki, sehingga kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan rumah tangga sampai kekerasan seksual sering terjadi menimpa kaum perempuan.
Lalu apa yang harus dilakukan ? masyarakat mestinya tidak memandang perempuan sebelah mata, dengan memberikan penghargaan, akses dan kesempatan yang sama diharapkan secara perlahan bisa mengangkat harkat dan martabat perempuan. Dengan terangkatnya harkat dan martabat perempuan diharapkan kaum laki-laki mampu menghargai, melindungi, dan memperlakukan kaum perempuan sebagai mahkluk yang merdeka. (Rosyid)




[1] Pengantar PWAG (Peace Women Across the Globe) Indonesia dalam “Memory & Hope : Masih Ada Asa”
[2] Synopsis film documenter “Memory & Hope : Masih Ada Asa”
[3] Fadilah Suralaga, dkk.,Pengantar Kajian Gender (Jakarta: PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h.1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar