Minggu, 27 Desember 2015

Pemuda Untuk Perdamaian : Refleksi Meeting Youth Peace Leader



Delapan belas pemuda dari tiga daerah yakni Bekasi, Bandung, dan Bogor telah mengikuti kegiatan Refleksi Meeting selama tiga hari (21-23 Desember 2015) Di Ciater, Subang, Jawa Barat. Acara yang digagas oleh Search For Common Ground (SFCG) bertujuan untuk mengevaluasi kembali dampak dari insiatif-inisiatif damai yang telah berjalan selama satu tahun. Acara ini merupakan lanjutan dari kegiatan Youth Leader Camp yang diadakan di Yogyakarta  Oktober tahun 2014 lalu.

Salah satu agenda yang diadakan yakni, para peace leader berbagi pengalaman. Diantaranya roadshow ke sekolah-sekolah, pelatihan, pemutaran film, safari tempat ibadah dan kegiatan kreatif lain yang dilakukan oleh peace leader di daerahnya. Selain itu, peserta juga bercerita kiat kiat sukses menjalankan kegiatannya. Seperti bekerjasama dengan pemangku kepentingan, membangun relasi dengan media, dan mengajak peace leader baru dalam setiap kegiatan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa selain berbagi pengalaman sukses, dalam kegiatan untuk menyampaikan pesan perdamaian dan toleransi, para peace leader juga sering mengalami kendala/hambatan dalam prosesnya. Seperti yang di ceritakan oleh Malik peace leader Bogor bahwa dalam perjalanan roadshownya, pernah mengalami penolakan terhadap warga sekitar bahkan di curigai sebagai misionaris agama. Namun, hal itu tidak membuat malik dan teman teman peace leader lainnya gentar. Karena mereka yakin bahwa kegiatan yang mereka lakukan positif, semata mata untuk menyampaikan pesan toleransi dan kedamaian sebagai umat beragama, yang sampai sekarang pada masyarakat tertentu masih memelihara sikap sikap intoleransi pada kaum minoritas.

Selain di Jawa Barat, program peace leader yang digagas oleh Search For Common Ground (SFCG) dan the Asian Muslim Action Network (AMAN), juga mencakup daerah di Jawa Timur (Madura, Malang dan Jember) yang terdiri dari para pemuda lintas agama. Seperti yang dituturkan oleh Anggita Paramesti (Program Officer SFCG) bahwa tingkat toleransi pemuda beragam dan dipengaruhi oleh latar belakang yang berbeda beda baik dari segi pendidikan, budaya, agama dan pengalaman. Program ini bertujuan untuk menekankan agar para pemuda sebagai motor penggerak dialog lintas iman.

Dan terakhir, penulis yang juga sebagai anggota peace leader ingin berpesan bahwa, bukan berarti jika kita mempelajari agama lain kita berpindah keyakinan, bukan berarti jika kita memahami dan mengetahui ajaran agama lain, kita terpengaruh atau tidak menghargai agama sendiri. Toleransi tercipta atas rasa saling menghargai terhadap perbedaan. Dan rasa saling menghargai dapat tercipta ketika kita mau mengenal dan memahami. (SR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar