Sumber Foto : Khatulistiwa.net |
Tanggal
14 Mei 2014, Penulis menghadiri acara launching buku di salahsatu Toko Buku
ternama di Jakarta, sebuah launching buku yang mengingatkan Penulis pada salah
satu sejarah kelam Bangsa Indonesia. Pencurian, Pembakaran, Penghilangan nyawa,
Pemerkosaan & Perusakan tempat tinggal etnis Tionghoa, apa lagi kalau bukan
Tragedi Mei 1998. Sebuah tragedi yang akan membuat bulu kuduk Kita berdiri,
menghela nafas dan menangis apabila mendengar ceritanya, karena Kita tidak
menyangka bahwa masyarakat Kita yang dikenal sebagai masyarakat yang “Beradab”
mempunyai sejarah yang memilukan.
16 tahun telah berlalu tetapi pelaku dan dalang Tragedi Mei 1998 masih belum tertangkap, apakah kejadian ini telah direkayasa sedemikian rupa atau memang murni akibat merosotnya ekonomi dan politik yang sudah mencapai titik didih? entah, apa yang terjadi. Padahal disisi lain, orang tua-orang tua yang anaknya menjadi korban pemerkosaan, penghilangan nyawa masih terus berjuang dan menuntut keadilan dan berharap kasus Tragedi Mei 1998 diselesaikan sampai tuntas.
16 tahun telah berlalu tetapi pelaku dan dalang Tragedi Mei 1998 masih belum tertangkap, apakah kejadian ini telah direkayasa sedemikian rupa atau memang murni akibat merosotnya ekonomi dan politik yang sudah mencapai titik didih? entah, apa yang terjadi. Padahal disisi lain, orang tua-orang tua yang anaknya menjadi korban pemerkosaan, penghilangan nyawa masih terus berjuang dan menuntut keadilan dan berharap kasus Tragedi Mei 1998 diselesaikan sampai tuntas.
Dari
kejadian Mei 1998 Kita berkaca dan belajar jangan sampai dimasa yang akan datang terjadi kejadian hal yang serupa, selain daripada itu, Pemerintah sebagai orang yang mempunyai
kewenangan penuh jangan sampai lupa untuk mengusut, menangkap dan mengadili pelaku serta sesegera
mungkin bertindak dan serius menangani hal ini dan tidak membiarkan kasus ini berlarut-larut tak tentu arah.
Harapannya
Bulan Mei juga tidak sekadar dijadikan momentum untuk memperingati sejarah yang
telah berlalu, tetapi dijadikan titik awal bagi Bangsa Indonesia untuk
menularkan betapa pentingnya saling menghargai, saling menghormati, toleransi, menebarkan
perdamaian serta kesetaraan agar terciptanya masyarakat madani. (Muhammad Iqbal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar