Sumber Foto : Nalacity (Kampung Kusta) |
Kusta! Ya,,
seringkali saking di anggap mengerikannya, penyakit ini dulu bahkan dianggap
satu kutukan. Berkembangnya zaman, teknologi kedokteran dan ilmu pengetahuan
bahkan tidak membuat stigma terhadap penderita kusta berkurang. Termasuk bagi
para mantan penderitanya. Dan masyarakat seolah menutup ruang sosial mereka.
OYPMK (Orang Yang Pernah Menderita Kusta) ya itulah
sebutan bagi para mantan penderita kusta yang belakangan ini seringkali
dianggap sebelah mata, sebagai suatu komunitas marjinal yang sudah tidak bisa
apa apa, tidak berdaya, karena fisiknya yang sudah tidak lagi lengkap dan
berfungsi seperti umumnya manusia normal lain. Tepatnya didaerah Sitanala,
Tanggerang. Sebuah kampung yang penduduknya mayoritas mantan penderita kusta.
Dan dapat dibayangkan bagaimana stigma stigma masyarakat lain memandang kampung
tersebut. Tak ayal, banyak penduduk disana yang mata pencahariannya serabutan
bahkan pengangguran karena tidak adanya akses yang membuat orang lain percaya
bahwa OYPMK ini sama seperti orang pada umumnya, mempunyai skill, ingin maju
dan bertahan hidup. Dan masalah yang muncul disana adalah diskrimansi, krisis
identitas, kesehatan, pendidikan, dan penghasilan.
Belakangan ini ada satu gerakan dari beberapa pemuda.
Berawal hanya sekedar proyek sosial mahasiswa yang tergabung dalam Indonesia
Leader Program. yang diserahi tugas untuk melatih jiwa kepimpinan dan
kewirausahaan kelompok masyarakat marjinal. Seiring waktu berjalan, melihat
pemberdayaan pada OYPMK ini berdampak positif. Maka setelah program selesai
mereka tetap meneruskan program pemberdayaan tersebut terkhusus kepada ibu ibu
penyandang disabilitas OYPMK. Dengan menghimpun 20 orang ibu ibu mantan penderita
kusta, mereka dilatih keterampilan untuk membuat jilbab manik dan membubuhkan
nama mereka sendiri pada setiap karya jilbab maniknya. Dengan bantuan para
pemuda yang memasarkan karya-karya mereka. Masyarakat disana menjadi lebih
bersemangat dan termotivasi untuk lebih maju dan percaya diri. Hasil dari
keuntungan tersebut untuk menjamin makanan, kesehatan, pakaian dan pendidikan
yang bukan hanya untuk diri masyarakat itu sendiri tapi untuk seluruh keluarga
di Sitanala. Sehingga setelah beberapa bulan berjalan warga disana sudah
mempunyai tabungan untuk memulai usaha lain seperti pertanian, peternakan,
usaha mikro dan impian mereka lainnya yang telah mereka rencanakan.
Dengan usaha berdaya nya masyarakat yang mulai
tumbuh disana, secara tidak langsung mereka sendiri (masyarakat OYPMK)
mensosialisasikan dan membuktikan kepada masyarakat lainnya dengan mengubah
stigma negatif yang ada bahwa orang yang dulunya pernah menjadi penderita kusta
itu sama seperti kita, bisa melakukan apapun, tidak perlu ada diskriminasi,
tidak perlu ada paradigma negatif, merasa jijik atau takut tertular. Semestinya
tidak harus seperti itu, dengan cara melakukan pemberdayaan dalam bidang
keterampilan, harapannya masyarakat dapat lebih produktif untuk menghasilkan
karya karya dari jerih usaha mereka sendiri.
Yaa. Bahwa mengganti pandangan risih dengan
rangkulan serta pelukan hangat, Inilah salah satu esensi makna dari
pemberdayaan. Energi positif inilah yang harusnya kita berikan dan menjadi kekuatan bahwa sesungguhnya para
penderita dan mantan penderita kusta itu masih punya banyak kesempatan. (SR)
Menarik mengetahui lebih jauh bagaimana perempuan yang pernah kena kusta ini menghadapi diskriminasi masyarakat dan bertahan hidup
BalasHapusya bahkan mereka (ibu2 OYPMK) disana tidak berharap banyak kepada pemerintah, mereka hanya ingin, keberadaannya di akui dan bisa diberi kesempatan untuk mereka berkarya, karena mereka tidak mau meminta dan memelas belas kasihan. ya tersirat dimatanya mereka ingin maju dan dapat memberikanyg terbaik untuk keluarganya.. terima kasih komentar nya :) :) :) :)
BalasHapus